1. Arti mata dalam segitiga
Dalam ikonografi masa Medieval (abad 5-15) dan Renaissance (abad
14-17), gambar mata dalam segitiga yang terdapat dalam gedung gereja
adalah simbol yang melambangkan Allah Trinitas, Sang Penyelenggara yang
Maha Tahu (
the Eye of Providence). Kadangkala lambang segitiga ini disertai juga dengan lambang sinar.
Namun dewasa ini, ada orang- orang yang mempertanyakan lambang tersebut, dan menghubungkannya dengan ‘
eye of horus‘
yang berasal dari kebudayaan Mesir kuno, sebagai lambang perlindungan,
kekuasaan dan kesehatan. Padahal kalau kita membandingkan lambang ‘
the eye of Providence‘ dengan ‘
an eye horus‘
maka kita dapat melihat perbedaannya, walaupun sama- sama menggunakan
simbol mata. Maka dalam hal simbol, memang penjelasan akan makna masing-
masing menjadi kuncinya. Ini hampir menyerupai dipakainya simbol ular
pada tiang, yang dapat melambangkan hal yang positif: yaitu ular tembaga
yang ditinggikan oleh Musa di padang gurun, yang mendatangkan
kesembuhan, yang menjadi pralambang korban Kristus yang ditinggikan di
kayu salib yang menyembuhkan manusia dari dosa (lih. Yoh 3:14). Bahkan
lambang ular di tiang ini juga digunakan untuk lambang IDI/ Ikatan
Dokter Indonesia. Dengan penjelasan yang memadai, kita akan dapat
menerima makna positif dari gambar ular di tiang ini, dan tidak serta
merta menuduh IDI sebagai ikatan dokter yang ‘sesat’ karena mengambil
simbol ular yang sering dihubungkan dengan iblis yang menggoda Adam dan
Hawa. Dengan analogi yang sama, maka kita dapat mengetahui bahwa
walaupun sama- sama mengambil simbol mata, makna ‘
the eye of Providence‘ tidak ada kaitannya dengan ‘
eye of horus‘ apalagi dengan segala dewa dewi Mesir. Gambar ‘
eye of horus‘ juga berbeda dengan gambar ‘
Eye of Providence‘
yang menyertakan simbol lain yaitu segitiga, yang menjadi simbol dari
Allah Trinitas. Jika sampai lambang ini ada pada gedung- gedung gereja
Orthodox dan Katolik, itu maknanya adalah ‘
eye of Providence‘ dalam Allah Trinitas, dan tidak ada kaitannya dengan lambang Mesir kuno.
Bahwa kemudian lambang mata juga diambil oleh kelompok Freemasonry
(abad 17), sebagai salah satu simbol pengajaran mereka, itu adalah
cerita yang lain lagi. Lambang Freemason yang umum adalah penggaris siku
dan jangka. Selanjutnya tentang Freemasonry, sudah pernah diulas di
sini,
silakan klik.
Namun demikian, lambang mata yang bersinar juga dikenal di kalangan
Freemason, walaupun tanpa bentuk segitiga. Mereka dapat saja mempunyai
penjelasan sendiri, namun yang pasti tidak sama artinya dengan lambang ‘
the eye of Providence‘ yang diyakini oleh umat Kristiani, baik gereja- gereja Orthodox (abad 11) maupun Katolik.
2. Makna salib crucifix dengan tengkorak
Makna salib crucifix dengan tengkorak di kaki salib mengacu kepada
makna “Golgota” yang adalah Tempat Tengkorak (Mat 27:33, Mrk 15:22, Yoh
19:17). Tradisi Abad Pertengahan mempercayai bahwa tempat Yesus
disalibkan merupakan kubur Adam dan Hawa, dan bahwa salib Kristus
didirikan tepat di atas tengkorak Adam, sehingga makna inilah yang
ditandai dengan lambang tengkorak di bawah kaki
corpus/ tubuh Yesus.
3. Makna tengkorak dengan mahkota
Foto yang anda tanyakan adalah foto ketika Paus Benediktus XVI
mengunjungi Republik Cekoslovakia dan menghormati Santo pelindung negara
itu, yaitu St. Wenceslas, yang dibunuh sebagai martir lebih dari 1000
tahun yang lalu. St. Wenceslas adalah pemimpin negara Bohemia dari tahun
921 sampai wafat-Nya di tahun 935, karena akal bulus adiknya sendiri
Boleslav I. Tubuh St. Wenceslas dipotong- potong, dan dikubur di tempat
di mana ia dibunuh. Namun tiga tahun kemudian, Boleslav bertobat, dan
memindahkan jenazah kakaknya ke gereja St. Vitus di Praha. Kisahnya
dapat dibaca di link ini,
silakan klik.
Maka upacara liturgi yang diadakan saat kunjungan Paus adalah
penghormatan terhadap relikwi St. Wenceslas, yaitu tengkoraknya. Saya
tidak mengetahui secara persis liturginya, tetapi tidaklah mengherankan
jika penghormatan tersebut dilakukan dalam rangkaian perayaan Ekaristi,
di mana sesudahnya diadakan penghormatan kepada St. Wenceslas yang telah
menjadi teladan hidup yang ekaristis, dengan kerelaannya berbagi,
sampai menyerahkan nyawanya demi imannya kepada Kristus.
Sudah menjadi Tradisi Suci, bahwa Gereja menghormati para kudus dan
martir, dan memperlakukan relikwi mereka dengan hormat pula, sebagai
tanda penghormatan kepada Tuhan yang menciptakan mereka. Tentang makna
relikwi sudah pernah dibahas di sini,
silakan klik.
Adapun penghormatan kepada jenazah ataupun kepada relikwi para orang
kudus itu dasarnya adalah penghormatan kepada manusia (yang tidak hanya
terdiri dari jiwa, tetapi juga tubuh) yang diciptakan oleh Tuhan sangat
baik adanya (lih. Kej 1:31). Demikianlah Gereja Katolik memberikan
penghormatan terhadap manusia sebagai karya ciptaan Tuhan yang tertinggi
jika dibandingkan dengan tumbuhan dan hewan, karena menghormati Allah
Sang Pencipta, yang menciptakannya. Apalagi mereka (para martir itu)
kemudian membuktikan kesempurnaan kasih mereka kepada Tuhan dengan
menyerahkan nyawa mereka demi iman mereka. Penghormatan kepada para
martir ini tidak pernah melebihi penghormatan kepada Tuhan, dan
penghormatan ini hanya mengarahkan umat beriman kepada Tuhan Sang
Pencipta dan Sang Penyelamat, yang kepada-Nya para martir itu rela
mengorbankan hidup mereka, demi mengikuti teladan Kristus yang
mengorbankan hidup-Nya demi menyelamatkan kita. Para martir dan para
orang kudus, merupakan teladan iman bagi kita, sebab mereka telah
membuktikan kesetiaan mereka kepada Tuhan sampai mati (Why 2:10) dan
ketahanan mereka terhadap ujian dalam hidup (lih. Yak 1:12), dan oleh
karena itulah mereka memperoleh mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah:
“Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan.” (Why 2:10)
“Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia
sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan
Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia.” (Yak 1:12)